Cerpen lanjutan "Rico de Coro"

16.11.00

UNTUK PUJAAN HATIKU, SARAH

            Semua makhluk spesiesku sedang mempersiapkan segala sesuatunya. Segala sesuatu yang akan dipersembahkan kepada satu makhluk spesies mereka, yaitu aku.
            “Hei yang di sana! Jangan melamun!” teriak komandornya.
            Ya, semua yang ada di sana tengah mempersiapkan kedatanganku. Untukku, Rico kecoa yang mati karena menyelamatkan sang pujaan hatiku, Sarah. Aku yang baru datang dari dunia lama mendapat sambutan hangat dari teman-teman spesiesku. Hari itu, semua bergembira. Hanya saja, Aku masih tampak bingung dan sedikit murung karena aku baru saja datang dan menyadari bahwa ternyata aku sudah meninggal. Di dunia baruku yang artinya tidak ada Sarah di sini. Apalagi bertemu, melihat Sarah pun tak bisa aku lakukan di sini.
            “Semua, siap di tempat masing-masing!” suara pemimpin mereka dengan halus.
            Semua teman-temanku bersiap di tempat masing-masing saat aku mulai berjalan memasuki istana yang ada di duniaku sekarang ini. Aku berjalan, memulai langkah pertamaku menginjak pintu masuk istana. Tempat dan suasananya sungguh menakjubkan. Perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya di bumi. Di sini sangat sejuk dan menentramkan hati, tak ada rasa gelisah, ketakutan, dan waspada dari manusia yang bangsa kami anggap sebagai pembunuh.
            “Selamat datang Rico!” penghuni istana mengucapkan serentak.
            Aku hanya tersenyum dan mengangguk kepada mereka, dan aku terus berjalan menuju singgasana raja di istana ini. Walaupun ada raja, tetapi semua makhluk di dunia ini tidak ada yang menderita, semua sama. Tetapi karena di suatu kelompok pasti harus ada yang memimpin anggotanya, maka dibentuklah seorang raja dan ratu untuk memimpin semua makhluk di dunia yang ada keberadaanku sekarang.
            “Selamat datang Rico, selamat bergabung dan memasuki dunia barumu di sini,” ucap sang raja kepadaku. Belum aku menjawab sapaan dan ucapan sang raja, tiba-tiba ada yang memanggilku.
            “Rico!” teriak sang ratu dengan nada sedikit menangis karena bahagia.
            Ternyata, suara itu adalah ibuku. Ibuku yang meninggal setelah melahirkanku karena terkena semprotan pembunuh serangga saat masih di rumah Sarah. Aku tak bisa menahan rasa bahagia sampai tak terasa air sudah di pelupuk mata.
            “Ibu!” balasku.
            Kami berpelukan dan membuat semua yang berada di istana terharu.
            “Ibu rindu kamu, Rico!” sedu ibu.
            Aku hanya terdiam dalam pelukannya karena tak bisa berkata apa-apa lagi dengan kebahagiaan yang aku dapatkan sekarang ini. Sejenak, aku lupa dengan semua apa yang telah aku tinggalkan di bumi. Setelah itu, kami semua berpesta bersama di dalam istana. Kami menari, berdansa, dan bercanda dengan bahagia.
            Keesokan harinya, aku duduk termenung di halaman belakang istana. Halaman yang penuh dengan tanaman berbunga warna-warni yang dihiasi kupu-kupu yang terbang dari bunga satu ke bunga yang lainnya. Tak kalah kicauan burung yang merdu bertengger di pohon-pohon yang rindang. Udara yang sejuk menusuk sampai tulang rusukku.
            “Hai Rico!” sapa suara perempuan dari arah yang berlawanan denganku. Aku menoleh, dan ternyata.
            “Halo, ternyata kamu Pita! Senang bisa bertemu lagi,” jawabku.
            “Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” tanyanya.
            “Tak sedang apa-apa,” jawabku singkat. Sebelumnya, di bumi memang aku tak terlalu dekat dengan Pita walau dia adalah gadis yang diperebutkan banyak kecoa dulu.
            “Oh ayolah tak usah sungkan, sejak pesta usai aku lihat kamu mulai murung seperti sekarang,” ucapnya lagi.
            “Terima kasih, aku hanya saja aku rindu ayah dan teman-temanku di bumi Pita,” balasku.
            “Oh begitu, apa yang tersirat dari ucapanmu adalah, kamu rindu Sarah?” tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk membenarkankan ucapannya. Saat di rumah Sarah, semua kecoak di sana memang hampir setiap kecoak tahu bahwa aku sangat menyukai seseorang, yaitu Sarah. Jadi aku tidak kaget saat Pita bertanya seperti itu padaku.
            “Aku harap, kau perlahan bisa melupakannya Rico, kamu dan dia berbeda jenis, apalagi sekarang kalian berada di dunia yang berbeda,” hibur Pita.
           “Sekali lagi terima kasih Pita, aku pergi masuk istana dulu ya!” balasku sambil berdiri dan tersenyum padanya. Ia pun menggangguk dan tersenyum balik kepadaku.
            Saat aku melamun lagi di dalam istana, raja menghampiriku.
            “Sepertinya aku tahu apa yang ada dipikiran kamu Rico,” ucap raja. Aku masih terdiam tidak menjawab.
            “Jika kamu mau, aku punya dua pilihan untuk kamu, pilihan ini tidak sembarang orang bisa mendapatkannya. Hanya beberapa orang saja yang mendapat hadiah istimewa ini,” ucap raja lagi, kali ini dengan nada bicara yang lebih serius.
            Aku yang masih bingung mendengarnya hanya terdiam dan mencerna dengan baik kata-kata sang raja.
            “Apa maksud Raja? Saya tidak mengerti,” jawabku.
            “Kau tahu, orang yang meninggal karena suatu pengorbanan, akan mendapat hadiah istimewa di dunia ini. Hadiah istimewa itu ada dua pilihan dan kau mempunyai dua pilihan itu Rico,” balasnya.
            “Apa dua pilihan itu Raja?” tanyaku padanya dengan rasa penasaran.
            “Kau bisa hidup kembali Rico, hidup di duniamu sebelumnya, hidup di bumi. Pertama, kau bisa hidup kembali seperti semula dan yang kedua, kamu bisa hidup kembali menjadi dirimusendiri dalam bentuk lain,” terangnya.
            “Apa termasuk menjadi manusia Raja?” tanyaku lagi.
            “Ya Rico sayang, termasuk menjadi manusia. Kamu bisa bertemu lagi dengan Sarah, bahkan bersatu dengannya,” jelas sang Raja.
            Aku terdiam sejenak dan bingung harus berkata apa, kebahagiaan dalam diriku mulai muncul. Ada harapan tinggi yang tak hanya harapan palsu.
            “Sungguh Raja? Jika demikian, aku ingin secepatnya menerima hadiah itu Raja, aku ingin cepat-cepat bertemu Sarah dengan keadaanku sebagai manusia pula,” ucapku memaksa Raja.
            “Sabar Rico, kamu akan segera mendapatkannya. Di bumi, kamu akan tinggal dengan sepasang manusia yang dulunya seperti kamu, memilih hidup kembali sebagai manusia. Kau akan hidup bersama mereka, sebagai orang tua barumu,” jelas Raja padaku.
            “Oh, sungguh terima kasih Raja, aku sungguh berterima kasih,” balasku dengan perasaan yang tak keruan karena bahagia.
            Dua hari setelah perbincanganku dengan raja mengenai hadiah istimewa, dan aku memilih hidup lagi sebagai manusia. Dengan cepat, semua warga istana mengetahui kabar itu. Aku mulai mempersiapkan diri sesuai tata cara yang harus aku kerjakan untuk memenuhi persyaratan. Setelah semua persyaratan hampir selesai, aku sempatkan untuk berpamitan dengan teman-temanku di dunia ini yangtelah menyambut dan menerimaku dengan baik dari aku mulai menginjakkan kaki di pintu gerbang istana sampai sekarang. Aku memeluk ibu erat, lalu memeluk Raja yang sangat baik hati. Dan akhirnya, aku menjalani persyaratan terakhir. Persyaratan terakhir itu menyakitkan, aku seperti di jatuhi beribu besi tajam menusuk ragaku. Setelah itu, aku tak tahu apa-apa lagi.
            Aku bangun di sebuah kamar yang tak terlalu luas dan tak pula terlalu sempit. Sederhana namun indah dan di dekat pintu ada seorang laki-laki dan perembuan yang tersenyum bahagia karena aku sudah sadar. Dan aku yakin mereka adalah orang tuaku di bumi sebagai manusia.
            “Kau tak apa-apa Rico?” tanya perempuan itu.
            “Aku tak apa-apa, apakah kalian yang akan menjadi orang tuaku di bumi sebagai manusia?” tanyaku dan aku tersenyum kepada mereka.
            Mereka pun tersenyum membalas senyumanku dan mengangguk membenarkan ucapanku.
            “Iya Rico, kami sudah diberitahu oleh Raja bahwa kamu akan dating menemani hari-hari kami di sini, sekarang kamu istirahat dulu ya sayang,” ucap lembut ibu baruku.
            Perjalanan baru di mulai, karena sekarang keadaannya berbeda. Dahulu aku seekor kecoak dan sekarang berubah menjadi manusia yang akan mengejar cintaku, Sarah. Aku disekolahkan oleh kedua orang tuaku di SMA N 1000 Jakarta. Aku banyak mendapat teman baru dan belajar lebih banyak lagi sebagai manusia. Aku berkenalan dengan seorang teman laki-laki bernama Bevan yang akhirnya menjadi teman baikku. Kuceritakan semua tentangku padanya termasuk pujaan hatiku Sarah. Kecuali asal-usulku yang berasal dari kecoak.
            “Aku harus menemukan rumah Sarahsecepatnya Van!” kataku.
            “Tenang kawan, aku siap bantu kamu!” sambil mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
            Sudah beberapa hari, aku dan Bevan berusaha mencari informasi tentang Sarah. Pertama, kami mendapat informasi kalau di sekolah ini ada tiga anak yang namanya Sarah. Aku dan Bevan langsung mencari tahu Sarah,yang pertama, tapi ternyata dia bukan Sarah yang aku cari. Hari berikutnya, aku mencari tahu lagi tentang Sarah yang kedua, tapi ternyata dia juga bukan Sarah yang aku cari. Aku mulai putus asa tidak bisa menemukan Sarah dan merasa usahaku menjadi manusia itu sia-sia. Apa yang akan aku lakukan jika aku tidak menemukan Sarah? Padahal tujuanku menjadi manusia adalah ingin bersatunya aku dengan Sarah.
            Waktu menunjukkan hampir pukul tujuh pagi. Aku terlambat, aku buru-buru masuk kelas lewat koridor sekolah.
            “Aduh! Sakit! Jalan pakai mata dong!” teriak suara perempuan.
            “Oh, maaf maaf, aku ngga liat, maaf ya?” pintaku.
            “Ya sudah, aku buru-buru!” jawabnya.
           Dia langsung pergi, aku lihat dia dan pahami bentuk wajahnya. Setelah dia berjalan agak jauh, aku baru sadar. Dia, dia, dia Sarah Rico, Sarah pujaan hatimu, hatiku berkata. Saat aku hendak mengejarnya, bel sekolah berbunyi dan Sarah sudah tak kelihatan lagi. Aku pun langsung berlari menuju kelas dan memberitahu Bevan. Dan kami yakin dia adalah Sarah yang ketiga, Sarah pujaan hatiku yang selama ini aku cari dan aku rindukan. Mulai ada kebahagiaan baru muncul dalam diriku.
            Saat bel pulang sekolah, aku dan Bevan langsung mencari kelas Sarah. Kami menemukannya, lalu Bevan pergi karena dia tahu aku ingin berdua saja dengannya. Ingin meluapkan segala kerinduan dan rasa yang aku pendam sejak aku masih menjadi kecoak. Tapi aku tahu, aku tak mungin langsug berbicara seperti sekarang.
            “Hai Sarah!” sapaku.
            “Oh, hai! Kamu yang tadi pagi nabrak aku di…..” jawabnya.
            “Koridor sekolah, iya tadi itu aku, sekali lagi aku minta maaf ya, beneran aku nggak sengaja Sarah,” sambungku.
            “Iya nggak apa-apa, santai aja lagi. Oh iya, kok kamu tahu nama aku?” sambungnya lagi.
            “Eh, emmm, iya anu, tahu dari temenku tadi, oh iya, kenalin aku Rico!” jawabku gugup sambil mengulurkan tanganku.
            “Oh, begitu. Sarah,” katanya tersenyum sambil mengambil uluran tanganku.
            Lalu kami pulang bersama, aku antar Sarah dengan mobil yang diberikan ayah padaku. Saat ini, aku benar-benar bahagia.
            Sejak saat itu, aku menjadi lebih akrab dengan Sarah dan sering pulang bersama. Aku belum cerita apa-apa mengenai jati diri dan cintaku padanya, karena menurutku untuk saat ini masih terlalu cepat jika aku mengatakannya.
            “Gimana kalau kita mampir makan siang dulu?” tanyaku pada Sarah saat hendak pulang.
            “Boleh, kebetulan aku juga sudah lapar,” jelasnya.
            Kami langsung mencari tempat makan yang terdekat. Kami bercanda dan berbincang-bincang dengan gembira. Setelah itu, baru aku antar Sarah pulang.
            Keesokan harinya, aku bertemu Sarah di depan sekolah. Saat aku mau menghampirinya, aku langsung mengurungkan niat karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengahmpiri Sarah mengajak masuk ke sekolah bersama. Aku pikir, dia teman kelas Sarah. Lalu aku masuk ke kelas sendiri.
            Waktu istirahat, seperti biasa aku dan Bevan pergi ke kantin untuk mengisi perut. Saat kami sedang menunggu pesanan, aku melihat Sarah ada di kantin juga, tetapi dia bersama lelaki yang tadi masuk sekolah bersamanya. Aku jadi penasaran dengannya, apa jangan-jangan Sarah sudah mempunyai pacar? Jika benar, hancurlah kembali hatiku ini.
            “Sarah!” panggilku, aku menghampirinya karena dia sedang berdiri sendiri di depan sekolah.
            “Hai Rico!” jawabnya.
            “Sarah, laki-laki yang bersamamu tadi itu siapa? Kok aku baru lihat hari in? anak baru ya?” tanyaku.
            “Raka anak baru? Bukanlah Rico, dia temanku, baru kelihatan soalnya dia baru pulang dari liburannya di Australia, makanya kamu baru lihat,” terangnya padaku.
            Aku hanya mengangguk dan bernapas lega karena ternyata dia hanya teman Sarah. Saat aku hendak mengajak Sarah pulang bersama, Raka muncul dengan sepeda motor besarnya berhenti di depan kami berdua dan Sarah langsung berbicara padaku.
            “Raka, kenalkan ini teman baruku, Rico,” ucap Sarah pada Raka.
            “Raka,” jawabnya padaku sambil mengulurkan tangannya padaku. Aku mengambil uluran tangannya. Aku merasa tidak nyaman dengan tatapan Raka. Sungguh sinis.
            “Kita duluan ya Rico!” teriak Raka dengan nada agak tinggi.
            Aku berjalan menuju mobil dansegera pulang.
            “Yah, gagal jalan bareng Sarah,” ucapku pada diri sendiri.
            Di rumah, aku sedang memikirkan bagaimana caranya aku menceritakan semuanya kepada Sarah, dan aku ingin mengungkapkan rasa cintaku pada Sarah yang sudah aku pendam sekian lama. Dan aku putuskan keluar membeli bunga untuk Sarah dan akan ku berikan padanya nanti sore.
            Aku mengendarai mobilku dengan kecepatan sedang dengan hati yang berbunga-bunga sesuai dengan apa yang akan kuberikan pada Sarah. Sampai di depan rumahnya, aku parkirkan mobilku dan aku segera turun menuju halaman rumah Sarah.
            “Sarah, maukah kamu menjadi kekasihku?” tanya Raka pada Sarah di hadapanku.
            “Kau bercanda Raka?” tanya Sarah balik.
            “Tidak, aku serius Sarah, seriburius barangkali, maukah kamu jadi kekasihku?” tanya Raka lagi.
            “Ya Raka,” Sarah mengangguk tersenyum padanya.
            Hancur sudah hatiku ini, menjadi kepingan-kepingan seperti pecahan kaca. Melebihi sakit saat aku melakukan persyaratan terakhir menjadi manusia. Untuk apa aku hidup sekarang? Pujaan hatiku telah bersama orang lain. Kujatuhkan bunga yang akan kuberikan pada Sarah dan aku langsung naik mobil, berlari kencang entah mau kemana. Hatiku kosong, hancur lebur sudah.
            Akhirnya aku pulang ke rumah, dan aku tulis semua apa yang ingin aku sampaikan kepada Sarah, termasuk jati diriku yang sebenarnya kecoak, yang hari-hariku aku lakukan dengan hanya bisa melihatmu dari tempat persembunyian, karena jika kamu tahu ada aku, kamu akan takut, saat aku rela mati karena menyelamatkannya dari racun berbahaya baginya, saat aku berubah menjadi manusia untuk bersatu dengannya, mungkin dengan ini aku bisa membuang semua rasa cintaku pada Sarah, karena sudah aku pindahkan ke lembaran-lembaran kertas. Aku masukkan lembaran-lembaran itu pada amplop bertuliskan “Untuk Pujaan Hatiku, Sarah.”
            Sebenarnya, Sarah biasa saja menjadi kekasih Raka. Tak ada dentuman keras di hatinya layaknya seseorang yang sedang jatuh cinta. Siang itu, Bevan menemukan suratku di laci kelas. Membaca tulisan amplop itu “Untuk Pujaan Hatiku, Sarah” dia langsung ke kelas Sarah dan memberikannya pada Sarah.
            Saat Sarah membaca surat itu di rumah, ia tak bisa menahan air matanya lagi. Ia menangis mengetahui itu, dan dia malah menyakiti hatiku saat aku hendak mengungkapkan perasaanku padanya. Padahal, sebenarnya dia melihatku saat aku di depan rumahnya melihat jadiannya dia dengan Raka. Sarah kini menyadari, bahwa cinta sejatinya adalah Rico. Ya, aku. Jantung Sarah berdegup kencang saat dia pertama bertemu denganku di koridor sekolah, dan ia pun sangat bahagia saat pulang bersamaku. Namun dia baru menyadarinya.
            Setelah membaca surat itu, Sarah langsung mencariku dan menemukanku sedang duduk di pinggir danau melempar batu. Aku kaget dibuatnya.
            “Rico!” panggilnya keras.
            “Ya, ada apa?” aku langsung menoleh dan berdiri dengan rasa malas karena yang aku tahu, dia sudah dengan Raka. Tapi hal tak terduga terjadi. Hal yang sudah disiapkan Tuhan pada kami.
            “Rico, aku minta maaf sama kamu, setelah baca surat ini aku baru sadar bahwa cintaku hanya padamu sejak kita bertemu di koridor sekolah, aku langsung merasakan desiran hati bergejolak, tapi aku tak menyadarinya waktu itu, maafkan aku Rico,” jelasnya.
            “Jadi, sekarang kamu sudah tahu siapa yang benar-benar kamu cintai Sarah?” tanyaku.
            “Ya Rico, aku tahu itu kamu, tak ada yang lain,” terangnya lagi.
            “Ya Sarah, aku pun begitu, sudah lama aku memendam rasa ini, dan sekarang aku sudah menyampaikannya padamu Sarah, pujaan hatiku yang sangat takut padaku, takut pada kecoak,” tambahku.
            Kami tertawa bersama dan pada akhirnya kami bersatu hidup bahagia selamanya.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

http://facebook.com/pipietendwiyatni

Flickr Images