ADAKAH YANG TIDAK TAHU PANCASILA?

08.12.00

Pancasila saat ini


Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang dirancang sedemikian rupa dari tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 oleh pejuang-pejuang kemerdekaan terdahulu. Pancasila diresmikan padatanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila merupakan suatu ideology negara yang bertujuan supaya menjadi panutan atau dasar untuk Negara Indonesia dan rakyat Indonesia dalam membangun Indonesia yang makmur dan sejahtera.
Para pemuda zaman sekarang, apalagi mereka yang bisa menduduki bangku sekolah seharusnya paham dengan makna dan nilai-nilai dari Pancasila. Sayangnya, kebanyakan dari mereka pun hanya sebatas hafal atau mengetahui nilai-nilai Pancasila tetapi tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua yang seharusnya kental dengan nilai-nilai Pancasila dikarenakan sudah melalui beberapa masa sejak Indonesia masih maju mundur kedamaian dan keamanannya pun, justru tidak tahu apa itu pemahan tentang Pancasila. Para orang tua tersebut tidak paham karena dulu kebanyakan dari mereka hanya mampu mengenyam pendidikan SD atau SMP saja.
Bapak Sumadi salah satunya. Beliau adalah seorang tukang ojek samping UNS gang Gendingan yang berumur 61 tahun. “Saya tahu Pancasila tapi tidak hafal Mbak soalnya saya dulu cuma sekolah SD,” ungkap beliau ketika ditanya tentang Pancasila. Menurut Bapak Sumadi, Pancasila adalah sesuatu yang berhubungan dengan agama yaitu masuk ke dalam sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Bapak Sumadi sendiri adalah seseorang yang percaya akan adanya Tuhan, namun beliau tidak menganut agama apapun.
Menurut Bapak Sumadi, agama-agama dahulu murni ketika diajarkan oleh wali-walinya. Disebarkan memang untuk tujuan supaya rakyat Indonesia mempunyai pedoman hidup dan percaya akan adanya Tuhan yang menciptakan segala sesuatu. Berbeda dengan sekarang, agama disebarluaskan hanya demi kepentingan dan unsur-unsur lain seperti salah satunya adalah untuk kepentingan politik. Hal tersebut benar adanya. Sekarang ini, agama memang seperti hal yang mudah digunakan oleh banyak orang untuk diperjualbelikan ilmunya. Padahal, agama seharusnya murni, mulia, yang bertujuan sebagai penerang jalan manusia yang dilambangkan dengan gambar bintang pada sila pertama pada Pancasila.
Selanjutnya Bapak Sumadi tidak terlalu paham dengan sila-sila kedua sampai kelima. Beliau selalu menghubungkan Pancasila dengan persoalan kepercayaan masing-masing individu. Menurut saya sendiri, Pancasila yang seharusnya menjadi pedoman hidup rakyat Indonesia untuk kehidupan yang lebih maju,  justru semakin berkurang yang mau menanamkan dan mengamalkan nilai-nilainya. Padahal pada zaman sekarang, karakter dan kepribadian bangsa terutama para pemuda sedang dalam kondisi kritis, di mana para generasi penerus banyak yang lebih mementingkan kehidupannya sendiri-sendiri dan lupa akan tempat yang ia pijak, yaitu Indonesia. Mereka tidak peduli dengan keadaan negaranya sendiri, padahal merekalah yang akan meneruskan dan memperbaiki Negara ini. Nilai-nilai Pancasilalah yang mencakup semua hal-hal yang dibutuhkan generasi penerus bangsa.
Untuk para generasi tua atau sesepuh jika tidak mengetahui tentang Pancasila tidaklah mengherankan, apalagi untuk rakyat dari kalangan biasa. Mendapat pendidikan belum semudah sekarang. Mereka hanya menjalani hidup dengan semangat orang-orang terdahulu yang tanpa disadari bahwa apa yang mereka lakukan banyak yang mencerminkan dari nilai-nilai Pancasila. Namun, hal tersebut tetap sangat disayangkan mengingat generasi tua pun mempunyai peran dalam pembangunan bangsa. Peran mereka yaitu sebagai contoh dan panutan yang muda dan mewariskan apa yang akan diteruskan oleh yang muda.
Peran mahasiswalah sekarang yang harus ditunjukkan. Seperti kata Bapak Sumadi yaitu kebanyakan mahasiswa sekarang lebih memilih bekerja dengan cita-citanya yang luar biasa, bagus. Akan tetapi, tujuan dari cita-citanya bukanlah untuk Indonesia namun untuk kesejahteraan diri mereka sendiri. Banyak mahasiswa yang enggan bergaul dengan lingkungannya sendiri. Mereka tidak mau tahu atau memberi solusi dan cara mengatasi suatu persoalan. Padahal merekalah yang pemikirannya lebih luas. Sayangnya gelar mahasiswa memberinya sifat rasa bangga yang berlebihan dan akhirnya muncullah sikap gengsi yang membuatnya merasa lebih tinggi.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan agar nilai-nilai Pancasila dapat tetap diterapkan di kehidupan sehari-hari yaitu dimulai dari diri kita masing-masing tentunya. Kesadaran untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan Indonesia yang sejahtera. Tidak perlu langsung memberikan upaya-upaya yang besar yang nantinya jatuh kepemikiran yang konseptual sehingga sulit bahkan tidak tahu harus darimana memulainya. Cukup dengan upaya-upaya yang kecil terlebih dahulu. Upaya-upaya untuk diri kita sendiri, seperti meningkatkan kedisiplinan dan tepat waktu dalam melakukan sesuatu, belajar yang rajin supaya menjadi pribadi yang berwawasan dan berpikir luas, membuang sampah pada tempatnya, mau menolong siapapun tanpa pilah-pilih sesuai kemampuan kita, berlaku adil bagi siapapun termasuk berlaku adil kepada diri sendiri, mengetahui berita-berita permasalahan Indoesia dan hal-hal kecil lainnya. Contoh-contoh tersebut sudah mewakili beberapa nilai-nilai dari Pancasila yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Barulah kita berkumpul dan berpikir bersama untuk upaya-upaya yang lebih besar dan luas pengaruhnya mewujudkan kehidupan Indonesia sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila lainnya.
Waktu terus berjalan, begitu pula dengan Indonesia dan perkembangan Pancasila. Tantangan Pancasila di masa kini dan masa depan menurut Bapak Sumadi yang tidak hafal dan paham akan Pancasila, namun dengan sedikit pengetahuan mengungkapkan bahwa jika tahun-tahun dahulu adalah masa-masa perjuangan mendapatkan hak-hak kemerdekaan, maka sekarang adalah saatnya kita untuk mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya. “Hidup itu dijalani saja, tidak perlu risau dengan masalah yang belum terjadi asalkan kita masing-masing mau membenahi diri untuk hidup yang lebih baik dan untuk Indonesia yang sejahtera,” tutur beliau.

Maka marilah kita raih cita-cita kita yang luar biasa dan berbeda-beda. Akan tetapi, jangan lupa dengan tujuan yang sesungguhnya. Mewujudkan Indonesia yang makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila, dasar negara Republik Indonesia.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

http://facebook.com/pipietendwiyatni

Flickr Images