UNTUK PUJAAN HATIKU, SARAH
Semua makhluk spesiesku sedang
mempersiapkan segala sesuatunya. Segala sesuatu yang akan dipersembahkan kepada
satu makhluk spesies mereka, yaitu aku.
“Hei yang di sana! Jangan melamun!”
teriak komandornya.
Ya, semua yang ada di sana tengah mempersiapkan
kedatanganku. Untukku, Rico kecoa yang mati karena menyelamatkan sang pujaan
hatiku, Sarah. Aku yang baru datang dari dunia lama mendapat sambutan hangat
dari teman-teman spesiesku. Hari itu, semua bergembira. Hanya saja, Aku masih
tampak bingung dan sedikit murung karena aku baru saja datang dan menyadari
bahwa ternyata aku sudah meninggal. Di dunia baruku yang artinya tidak ada
Sarah di sini. Apalagi bertemu, melihat Sarah pun tak bisa aku lakukan di sini.
“Semua, siap di tempat
masing-masing!” suara pemimpin mereka dengan halus.
Semua teman-temanku bersiap di
tempat masing-masing saat aku mulai berjalan memasuki istana yang ada di
duniaku sekarang ini. Aku berjalan, memulai langkah pertamaku menginjak pintu
masuk istana. Tempat dan suasananya sungguh menakjubkan. Perasaan yang belum
pernah aku rasakan sebelumnya di bumi. Di sini sangat sejuk dan menentramkan
hati, tak ada rasa gelisah, ketakutan, dan waspada dari manusia yang bangsa
kami anggap sebagai pembunuh.
“Selamat datang Rico!” penghuni
istana mengucapkan serentak.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk
kepada mereka, dan aku terus berjalan menuju singgasana raja di istana ini.
Walaupun ada raja, tetapi semua makhluk di dunia ini tidak ada yang menderita,
semua sama. Tetapi karena di suatu kelompok pasti harus ada yang memimpin
anggotanya, maka dibentuklah seorang raja dan ratu untuk memimpin semua makhluk
di dunia yang ada keberadaanku sekarang.
“Selamat datang Rico, selamat
bergabung dan memasuki dunia barumu di sini,” ucap sang raja kepadaku. Belum
aku menjawab sapaan dan ucapan sang raja, tiba-tiba ada yang memanggilku.
“Rico!” teriak sang ratu dengan nada
sedikit menangis karena bahagia.
Ternyata, suara itu adalah ibuku.
Ibuku yang meninggal setelah melahirkanku karena terkena semprotan pembunuh
serangga saat masih di rumah Sarah. Aku tak bisa menahan rasa bahagia sampai
tak terasa air sudah di pelupuk mata.
“Ibu!” balasku.
Kami berpelukan dan membuat semua
yang berada di istana terharu.
“Ibu rindu kamu, Rico!” sedu ibu.
Aku hanya terdiam dalam pelukannya
karena tak bisa berkata apa-apa lagi dengan kebahagiaan yang aku dapatkan
sekarang ini. Sejenak, aku lupa dengan semua apa yang telah aku tinggalkan di
bumi. Setelah itu, kami semua berpesta bersama di dalam istana. Kami menari,
berdansa, dan bercanda dengan bahagia.
Keesokan harinya, aku duduk
termenung di halaman belakang istana. Halaman yang penuh dengan tanaman
berbunga warna-warni yang dihiasi kupu-kupu yang terbang dari bunga satu ke
bunga yang lainnya. Tak kalah kicauan burung yang merdu bertengger di
pohon-pohon yang rindang. Udara yang sejuk menusuk sampai tulang rusukku.
“Hai Rico!” sapa suara perempuan
dari arah yang berlawanan denganku. Aku menoleh, dan ternyata.
“Halo, ternyata kamu Pita! Senang
bisa bertemu lagi,” jawabku.
“Apa yang sedang kamu lakukan di
sini?” tanyanya.
“Tak sedang apa-apa,” jawabku
singkat. Sebelumnya, di bumi memang aku tak terlalu dekat dengan Pita walau dia
adalah gadis yang diperebutkan banyak kecoa dulu.
“Oh ayolah tak usah sungkan, sejak
pesta usai aku lihat kamu mulai murung seperti sekarang,” ucapnya lagi.
“Terima kasih, aku hanya saja aku
rindu ayah dan teman-temanku di bumi Pita,” balasku.
“Oh begitu, apa yang tersirat dari
ucapanmu adalah, kamu rindu Sarah?” tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk
membenarkankan ucapannya. Saat di rumah Sarah, semua kecoak di sana memang
hampir setiap kecoak tahu bahwa aku sangat menyukai seseorang, yaitu Sarah.
Jadi aku tidak kaget saat Pita bertanya seperti itu padaku.
“Aku harap, kau perlahan bisa
melupakannya Rico, kamu dan dia berbeda jenis, apalagi sekarang kalian berada
di dunia yang berbeda,” hibur Pita.
“Sekali lagi terima kasih Pita, aku
pergi masuk istana dulu ya!” balasku sambil berdiri dan tersenyum padanya. Ia
pun menggangguk dan tersenyum balik kepadaku.
Saat aku melamun lagi di dalam
istana, raja menghampiriku.
“Sepertinya aku tahu apa yang ada
dipikiran kamu Rico,” ucap raja. Aku masih terdiam tidak menjawab.
“Jika kamu mau, aku punya dua
pilihan untuk kamu, pilihan ini tidak sembarang orang bisa mendapatkannya.
Hanya beberapa orang saja yang mendapat hadiah istimewa ini,” ucap raja lagi,
kali ini dengan nada bicara yang lebih serius.
Aku yang masih bingung mendengarnya
hanya terdiam dan mencerna dengan baik kata-kata sang raja.
“Apa maksud Raja? Saya tidak
mengerti,” jawabku.
“Kau tahu, orang yang meninggal
karena suatu pengorbanan, akan mendapat hadiah istimewa di dunia ini. Hadiah
istimewa itu ada dua pilihan dan kau mempunyai dua pilihan itu Rico,” balasnya.
“Apa dua pilihan itu Raja?” tanyaku
padanya dengan rasa penasaran.
“Kau bisa hidup kembali Rico, hidup
di duniamu sebelumnya, hidup di bumi. Pertama, kau bisa hidup kembali seperti
semula dan yang kedua, kamu bisa hidup kembali menjadi dirimusendiri dalam
bentuk lain,” terangnya.
“Apa termasuk menjadi manusia Raja?”
tanyaku lagi.
“Ya Rico sayang, termasuk menjadi
manusia. Kamu bisa bertemu lagi dengan Sarah, bahkan bersatu dengannya,” jelas
sang Raja.
Aku terdiam sejenak dan bingung
harus berkata apa, kebahagiaan dalam diriku mulai muncul. Ada harapan tinggi
yang tak hanya harapan palsu.
“Sungguh Raja? Jika demikian, aku
ingin secepatnya menerima hadiah itu Raja, aku ingin cepat-cepat bertemu Sarah
dengan keadaanku sebagai manusia pula,” ucapku memaksa Raja.
“Sabar Rico, kamu akan segera
mendapatkannya. Di bumi, kamu akan tinggal dengan sepasang manusia yang dulunya
seperti kamu, memilih hidup kembali sebagai manusia. Kau akan hidup bersama
mereka, sebagai orang tua barumu,” jelas Raja padaku.
“Oh, sungguh terima kasih Raja, aku
sungguh berterima kasih,” balasku dengan perasaan yang tak keruan karena
bahagia.
Dua hari setelah perbincanganku
dengan raja mengenai hadiah istimewa, dan aku memilih hidup lagi sebagai
manusia. Dengan cepat, semua warga istana mengetahui kabar itu. Aku mulai
mempersiapkan diri sesuai tata cara yang harus aku kerjakan untuk memenuhi
persyaratan. Setelah semua persyaratan hampir selesai, aku sempatkan untuk
berpamitan dengan teman-temanku di dunia ini yangtelah menyambut dan menerimaku
dengan baik dari aku mulai menginjakkan kaki di pintu gerbang istana sampai
sekarang. Aku memeluk ibu erat, lalu memeluk Raja yang sangat baik hati. Dan
akhirnya, aku menjalani persyaratan terakhir. Persyaratan terakhir itu
menyakitkan, aku seperti di jatuhi beribu besi tajam menusuk ragaku. Setelah
itu, aku tak tahu apa-apa lagi.
Aku bangun di sebuah kamar yang tak
terlalu luas dan tak pula terlalu sempit. Sederhana namun indah dan di dekat
pintu ada seorang laki-laki dan perembuan yang tersenyum bahagia karena aku
sudah sadar. Dan aku yakin mereka adalah orang tuaku di bumi sebagai manusia.
“Kau tak apa-apa Rico?” tanya perempuan
itu.
“Aku tak apa-apa, apakah kalian yang
akan menjadi orang tuaku di bumi sebagai manusia?” tanyaku dan aku tersenyum
kepada mereka.
Mereka pun tersenyum membalas
senyumanku dan mengangguk membenarkan ucapanku.
“Iya Rico, kami sudah diberitahu
oleh Raja bahwa kamu akan dating menemani hari-hari kami di sini, sekarang kamu
istirahat dulu ya sayang,” ucap lembut ibu baruku.
Perjalanan baru di mulai, karena
sekarang keadaannya berbeda. Dahulu aku seekor kecoak dan sekarang berubah
menjadi manusia yang akan mengejar cintaku, Sarah. Aku disekolahkan oleh kedua
orang tuaku di SMA N 1000 Jakarta. Aku banyak mendapat teman baru dan belajar
lebih banyak lagi sebagai manusia. Aku berkenalan dengan seorang teman
laki-laki bernama Bevan yang akhirnya menjadi teman baikku. Kuceritakan semua
tentangku padanya termasuk pujaan hatiku Sarah. Kecuali asal-usulku yang
berasal dari kecoak.
“Aku harus menemukan rumah
Sarahsecepatnya Van!” kataku.
“Tenang kawan, aku siap bantu kamu!”
sambil mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
Sudah beberapa hari, aku dan Bevan
berusaha mencari informasi tentang Sarah. Pertama, kami mendapat informasi
kalau di sekolah ini ada tiga anak yang namanya Sarah. Aku dan Bevan langsung
mencari tahu Sarah,yang pertama, tapi ternyata dia bukan Sarah yang aku cari.
Hari berikutnya, aku mencari tahu lagi tentang Sarah yang kedua, tapi ternyata
dia juga bukan Sarah yang aku cari. Aku mulai putus asa tidak bisa menemukan
Sarah dan merasa usahaku menjadi manusia itu sia-sia. Apa yang akan aku lakukan
jika aku tidak menemukan Sarah? Padahal tujuanku menjadi manusia adalah ingin
bersatunya aku dengan Sarah.
Waktu menunjukkan hampir pukul tujuh
pagi. Aku terlambat, aku buru-buru masuk kelas lewat koridor sekolah.
“Aduh! Sakit! Jalan pakai mata
dong!” teriak suara perempuan.
“Oh, maaf maaf, aku ngga liat, maaf
ya?” pintaku.
“Ya sudah, aku buru-buru!” jawabnya.
Dia langsung pergi, aku lihat dia dan
pahami bentuk wajahnya. Setelah dia berjalan agak jauh, aku baru sadar. Dia,
dia, dia Sarah Rico, Sarah pujaan hatimu, hatiku berkata. Saat aku hendak
mengejarnya, bel sekolah berbunyi dan Sarah sudah tak kelihatan lagi. Aku pun
langsung berlari menuju kelas dan memberitahu Bevan. Dan kami yakin dia adalah
Sarah yang ketiga, Sarah pujaan hatiku yang selama ini aku cari dan aku rindukan.
Mulai ada kebahagiaan baru muncul dalam diriku.
Saat bel pulang sekolah, aku dan
Bevan langsung mencari kelas Sarah. Kami menemukannya, lalu Bevan pergi karena
dia tahu aku ingin berdua saja dengannya. Ingin meluapkan segala kerinduan dan
rasa yang aku pendam sejak aku masih menjadi kecoak. Tapi aku tahu, aku tak
mungin langsug berbicara seperti sekarang.
“Hai Sarah!” sapaku.
“Oh, hai! Kamu yang tadi pagi nabrak
aku di…..” jawabnya.
“Koridor sekolah, iya tadi itu aku,
sekali lagi aku minta maaf ya, beneran aku nggak sengaja Sarah,” sambungku.
“Iya nggak apa-apa, santai aja lagi.
Oh iya, kok kamu tahu nama aku?” sambungnya lagi.
“Eh, emmm, iya anu, tahu dari
temenku tadi, oh iya, kenalin aku Rico!” jawabku gugup sambil mengulurkan
tanganku.
“Oh, begitu. Sarah,” katanya
tersenyum sambil mengambil uluran tanganku.
Lalu kami pulang bersama, aku antar
Sarah dengan mobil yang diberikan ayah padaku. Saat ini, aku benar-benar
bahagia.
Sejak saat itu, aku menjadi lebih
akrab dengan Sarah dan sering pulang bersama. Aku belum cerita apa-apa mengenai
jati diri dan cintaku padanya, karena menurutku untuk saat ini masih terlalu
cepat jika aku mengatakannya.
“Gimana kalau kita mampir makan
siang dulu?” tanyaku pada Sarah saat hendak pulang.
“Boleh, kebetulan aku juga sudah
lapar,” jelasnya.
Kami langsung mencari tempat makan
yang terdekat. Kami bercanda dan berbincang-bincang dengan gembira. Setelah
itu, baru aku antar Sarah pulang.
Keesokan harinya, aku bertemu Sarah
di depan sekolah. Saat aku mau menghampirinya, aku langsung mengurungkan niat
karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengahmpiri Sarah mengajak masuk ke
sekolah bersama. Aku pikir, dia teman kelas Sarah. Lalu aku masuk ke kelas
sendiri.
Waktu istirahat, seperti biasa aku
dan Bevan pergi ke kantin untuk mengisi perut. Saat kami sedang menunggu
pesanan, aku melihat Sarah ada di kantin juga, tetapi dia bersama lelaki yang
tadi masuk sekolah bersamanya. Aku jadi penasaran dengannya, apa jangan-jangan
Sarah sudah mempunyai pacar? Jika benar, hancurlah kembali hatiku ini.
“Sarah!” panggilku, aku
menghampirinya karena dia sedang berdiri sendiri di depan sekolah.
“Hai Rico!” jawabnya.
“Sarah, laki-laki yang bersamamu
tadi itu siapa? Kok aku baru lihat hari in? anak baru ya?” tanyaku.
“Raka anak baru? Bukanlah Rico, dia
temanku, baru kelihatan soalnya dia baru pulang dari liburannya di Australia,
makanya kamu baru lihat,” terangnya padaku.
Aku hanya mengangguk dan bernapas
lega karena ternyata dia hanya teman Sarah. Saat aku hendak mengajak Sarah
pulang bersama, Raka muncul dengan sepeda motor besarnya berhenti di depan kami
berdua dan Sarah langsung berbicara padaku.
“Raka, kenalkan ini teman baruku,
Rico,” ucap Sarah pada Raka.
“Raka,” jawabnya padaku sambil
mengulurkan tangannya padaku. Aku mengambil uluran tangannya. Aku merasa tidak
nyaman dengan tatapan Raka. Sungguh sinis.
“Kita duluan ya Rico!” teriak Raka
dengan nada agak tinggi.
Aku berjalan menuju mobil dansegera
pulang.
“Yah, gagal jalan bareng Sarah,”
ucapku pada diri sendiri.
Di rumah, aku sedang memikirkan
bagaimana caranya aku menceritakan semuanya kepada Sarah, dan aku ingin
mengungkapkan rasa cintaku pada Sarah yang sudah aku pendam sekian lama. Dan
aku putuskan keluar membeli bunga untuk Sarah dan akan ku berikan padanya nanti
sore.
Aku mengendarai mobilku dengan
kecepatan sedang dengan hati yang berbunga-bunga sesuai dengan apa yang akan
kuberikan pada Sarah. Sampai di depan rumahnya, aku parkirkan mobilku dan aku
segera turun menuju halaman rumah Sarah.
“Sarah, maukah kamu menjadi
kekasihku?” tanya Raka pada Sarah di hadapanku.
“Kau bercanda Raka?” tanya Sarah
balik.
“Tidak, aku serius Sarah, seriburius
barangkali, maukah kamu jadi kekasihku?” tanya Raka lagi.
“Ya Raka,” Sarah mengangguk
tersenyum padanya.
Hancur sudah hatiku ini, menjadi
kepingan-kepingan seperti pecahan kaca. Melebihi sakit saat aku melakukan
persyaratan terakhir menjadi manusia. Untuk apa aku hidup sekarang? Pujaan
hatiku telah bersama orang lain. Kujatuhkan bunga yang akan kuberikan pada
Sarah dan aku langsung naik mobil, berlari kencang entah mau kemana. Hatiku
kosong, hancur lebur sudah.
Akhirnya aku pulang ke rumah, dan
aku tulis semua apa yang ingin aku sampaikan kepada Sarah, termasuk jati diriku
yang sebenarnya kecoak, yang hari-hariku aku lakukan dengan hanya bisa
melihatmu dari tempat persembunyian, karena jika kamu tahu ada aku, kamu akan
takut, saat aku rela mati karena menyelamatkannya dari racun berbahaya baginya,
saat aku berubah menjadi manusia untuk bersatu dengannya, mungkin dengan ini
aku bisa membuang semua rasa cintaku pada Sarah, karena sudah aku pindahkan ke
lembaran-lembaran kertas. Aku masukkan lembaran-lembaran itu pada amplop
bertuliskan “Untuk Pujaan Hatiku, Sarah.”
Sebenarnya, Sarah biasa saja menjadi
kekasih Raka. Tak ada dentuman keras di hatinya layaknya seseorang yang sedang
jatuh cinta. Siang itu, Bevan menemukan suratku di laci kelas. Membaca tulisan
amplop itu “Untuk Pujaan Hatiku, Sarah” dia langsung ke kelas Sarah dan
memberikannya pada Sarah.
Saat Sarah membaca surat itu di
rumah, ia tak bisa menahan air matanya lagi. Ia menangis mengetahui itu, dan
dia malah menyakiti hatiku saat aku hendak mengungkapkan perasaanku padanya.
Padahal, sebenarnya dia melihatku saat aku di depan rumahnya melihat jadiannya
dia dengan Raka. Sarah kini menyadari, bahwa cinta sejatinya adalah Rico. Ya,
aku. Jantung Sarah berdegup kencang saat dia pertama bertemu denganku di
koridor sekolah, dan ia pun sangat bahagia saat pulang bersamaku. Namun dia
baru menyadarinya.
Setelah membaca surat itu, Sarah
langsung mencariku dan menemukanku sedang duduk di pinggir danau melempar batu.
Aku kaget dibuatnya.
“Rico!” panggilnya keras.
“Ya, ada apa?” aku langsung menoleh
dan berdiri dengan rasa malas karena yang aku tahu, dia sudah dengan Raka. Tapi
hal tak terduga terjadi. Hal yang sudah disiapkan Tuhan pada kami.
“Rico, aku minta maaf sama kamu,
setelah baca surat ini aku baru sadar bahwa cintaku hanya padamu sejak kita
bertemu di koridor sekolah, aku langsung merasakan desiran hati bergejolak,
tapi aku tak menyadarinya waktu itu, maafkan aku Rico,” jelasnya.
“Jadi, sekarang kamu sudah tahu
siapa yang benar-benar kamu cintai Sarah?” tanyaku.
“Ya Rico, aku tahu itu kamu, tak ada
yang lain,” terangnya lagi.
“Ya Sarah, aku pun begitu, sudah
lama aku memendam rasa ini, dan sekarang aku sudah menyampaikannya padamu
Sarah, pujaan hatiku yang sangat takut padaku, takut pada kecoak,” tambahku.
Kami tertawa bersama dan pada
akhirnya kami bersatu hidup bahagia selamanya.
- 16.11.00
- 0 Comments